Bermula Dari Bekas Garasi, DPK Kota Cilegon Kini Wujudkan Gedung Perpustakaan yang Megah

Iklan Semua Halaman

Bermula Dari Bekas Garasi, DPK Kota Cilegon Kini Wujudkan Gedung Perpustakaan yang Megah

Rabu, 02 Juli 2025
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cilegon, H. Ismatullah


CILEGON— Di tengah kian menjamurnya pabrik dan asap cerobong industri Kota Cilegon, berdiri satu bangunan yang tak pernah bersuara, tapi menyimpan denyut peradaban dan hadirnya jendela dunia, yakni Perpustakaan Kota Cilegon.

Gedung Perpustakaan ini berada tersembunyi di samping Puskesmas Ramanuju—tanpa plang mencolok, tanpa arsitektur megah.

 Namun dari ruang-ruang sunyi itulah, masih ada semangat membaca di kota baja yang terus menyala.


Tidak banyak yang tahu, gedung ini dulunya bukan tempat buku. Ia hanya rumah tinggal biasa. Bahkan sempat menjadi garasi angkutan kota. Dari ruang yang sempit dan gelap, Cilegon memulai babak literasinya—berawal dari kesederhanaan, dengan segala keterbatasan.


Transformasi dimulai pada awal 2000-an, di masa Walikota Tubagus Aat Syafaat. Pemerintah membeli lahan yang kini berdiri Puskesmas Ramanuju, Bappeda, dan ruang baca. Namun saat itu, yang dibangun baru gedung arsip. Perpustakaan tetap menumpang di bangunan rumah yang dimodifikasi ala kadarnya. Jauh dari ideal.



“Karena awalnya memang rumah biasa, jadi ruang bacanya kurang representatif,” kenang H. Ismatullah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Cilegon, saat ditemui Selasa, (1/7/2025).



Legalitas kelembagaan baru terwujud pada 2005 melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005. Dari sekadar unit di bawah Dinas Pendidikan, perpustakaan tumbuh menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD), lalu berganti nama menjadi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD), hingga kini resmi sebagai DPK.



Gedungnya sendiri sempat berpindah-pindah. Dari rumah di Ramanuju, kemudian berkantor di bekas Puskesmas. Baru pada 2012, Wali Kota Imam Ariyadi membangun Gedung Dipo Arsip di lokasi sekarang—titik balik penting dalam pengelolaan dokumen dan ruang literasi.



Meski fasilitas terbatas, Perpustakaan Kota Cilegon sempat dinobatkan sebagai salah satu yang terbaik di Banten. Tapi gelar saja tak cukup. Kota terus tumbuh, warga makin banyak, dan minat baca meningkat. Gedung yang dulu pernah jadi garasi kini mulai terasa sempit untuk menampung semangat belajar yang terus mekar.



Perjuangan memperbaiki pun dimulai. DPK mengajukan Dana Alokasi Khusus (DAK) ke Perpustakaan Nasional. Proposal pertama gagal. Desain tak sesuai standar. Tapi niat tak surut. Pada 2023, Cilegon masuk daftar tunggu. Harapan kembali terbit.



Kini, rencana besar sedang disiapkan. Di lahan strategis di belakang Cilegon Center Mall, akan dibangun gedung perpustakaan baru. Bukan sekadar bangunan, tapi ruang publik yang nyaman dan inklusif: dengan AC, WiFi cepat, ruang musik, pojok diskusi bergaya kafe, hingga koleksi kitab kuning bagi para santri.



Perpustakaan Cilegon bukan sekadar tempat menyimpan buku. Ia adalah cermin perjalanan kota ini. Dari rumah tinggal menjadi rumah ilmu. Dari garasi menjadi gerbang peradaban. Dan kini, Cilegon bersiap membuka bab baru: bahwa di tengah gegap gempita industri, masih ada ruang untuk berpikir, membaca, dan bermimpi. (*/red)

#Pendidikan
close