Spanduk dukungan Kadin Cilegon terhadap kebijakan KRAS meminjam dana ke Danantara Indoensia
CILEGON— Meski Emiten BUMN produsen baja, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menjadi bahan perbincangan publik, khususnya pelaku pasar modal, karena diketahui perusahaan tersebut sudah menderita rugi bersih selama 7 tahun berturut-turun sejak tahun 2012.
Dilansir laporan keuangan KRAS, salah satu momok penyebab kerugian perusahaan adalah beban keuangan yang semakin membengkak.
Namun demikian, dukungan terhadap KRAS juga mengalir dari kalangan pengusaha di Banten. Salah satunya dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon. Di mana pinjaman itu dinilai satu harapan agar kembali bangkit bagi perusahaan yang berada di kota baja itu.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon, Mulyadi Sanusi, yang menatap soal masa depan KRAS dengan mendapatkan kucuran dana Rp8,34 triliun dari Danantara Indonesia.
Menurutnya, suntikan dana itu bukan sekadar angka di atas kertas. Ia menyebutnya sebagai penopang hidup industri baja, terlebih keberadaan KRAS menjadi pelopor lahirnya industri baja nasional.
“Kalau pabrik baja runtuh, bangsa ikut runtuh, Krakatau Steel harus disuntik agar sehat kembali.” kata Mulyadi Sanusi. Rabu (5/11/2025).
Pengusaha yang akrab disapa Cak Mul itu, menganggap keputusan tepat di tengah situasi genting. Krisis keuangan telah menurunkan ritme produksi, memaksa vendor mengecilkan mesin, dan membuat hilir–mudik truk industri tak lagi padat.
Cak Mul menjelaskan Cilegon bukan sekadar lokasi pabrik. Ia kota yang tumbuh dari panas tungku baja. Setiap guncangan yang dialami Krakatau Steel, menurut Cak Mul, langsung beriak ke warga, UMKM, hingga warung-warung sudut perkampungan yang biasa dipenuhi pekerja shift.
“KS sehat, pengangguran turun, vendor bergerak, CSR hidup kembali,” katanya.
“Dampaknya nyata, bukan teori," ujarnya.
UMKM yang menggantungkan hidup dari kegiatan industri pun ikut menahan napas. Bagi mereka, bangkitnya Krakatau Steel berarti kembalinya denyut ekonomi kecil yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga pekerja pabrik.
Cak Moel menyatakan keyakinannya pada manajemen KS yang saat ini dinahkodai generasi baru BUMN. Tapi dukungan itu hadir disertai batasan.
Dukungan Kadin juga dinyatakan secara terbuka melalui spanduk besar yang dibentangkan di titik-titik keramaian publik.
“Manajemen sekarang profesional. Tapi pemulihan tak bisa hanya mengandalkan dana segar," terang Cak Mul.
Menurutnya, Krakatau Steel mesti mengubah pola pikir. Tidak lagi berpijak pada mental “korporasi yang pasti diselamatkan negara”. Melainkan harus membuktikan efisiensi, inovasi, dan kedisiplinan strategi.
Ada nada kritis ketika Mulyadi menyinggung urusan jabatan. Ia menilai banyak talenta industri baja di Banten dan Cilegon yang selama ini tersisih dalam lingkar kekuasaan industri nasional.
“Cilegon punya banyak ahli baja. Pemerintah pusat harus melihat putra daerah sebagai aset strategis.”
Dalam pandangannya, kota baja tak boleh sekadar menjadi lokasi produksi—tetapi juga rumah bagi pengambil keputusan.
Pertanyaan utama kini bukan lagi soal cairnya pinjaman. Tetapi: apakah dana itu benar-benar menjadi penopang kebangkitan, atau sekadar perpanjangan napas tanpa arah?
Di ujung pernyataannya, Cak Moel mengingatkan satu hal: kota ini telah terlalu lama menggantungkan hidup pada baja. Jika Krakatau Steel kembali berdiri tegak, Cilegon ikut terangkat. Tapi bila tumbang—bekas kejayaan hanya akan tinggal sebagai patung besi dan cerita lama di ujung selat sunda.
“Industri baja tetap simbol kita,” katanya pelan. Tapi tajam.
“Dan simbol harus dijaga, bukan dibiarkan pudar," tutupnya. (*/red)
#Industri
Komentar